Kontrasepsi dapat dibagi
menjadi 2 macam, yaitu kontrasepsi hormonal dan non-hormonal.
Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil, suntik atau susuk/implan,
semuanya mengandung hormon di dalamnya. Sediaanpilpil
tipe kombinasi (terdiri atas
campuran derivat estrogen dan progestin), pil
tipe sekuensial (terdiri atas
15 – 16 pil berisi derivat estrogen saja dan 6 – 5 pil berisi
derivat estrogen dan progestin) dan pil
yang hanya berisi derivat progestin
saja. Yang paling banyak dipakai saat ini adalah tipe kombinasi
karena tipe ini dianggap paling aman. Tipe sekuensial sering
menimbulkan kegagalan karena kadang-kadang pada pertengahan siklus
justru terjadi perangsangan LH (Luteinizing Hormone) hingga terjadi
ovulasi. Tipe ketiga juga sering menimbulkan kegagalan, karena
ovulasi masih dapat terjadi dan lebih sering menimbulkan menstruasi
yang tidak teratur. Tetapi, tipe kombinasi juga bukannya tanpa efek
samping. Efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan pil ini
sangat bervariasi, dari yang ringan sampai yang berat. Gangguan yang
paling sering muncul antara lain keluhan enek, muntah, vertigo, sakit
kepala, sakit pada bagian perut dan bertambahnya berat badan. Pil
juga sering dikaitkan dengan menurunnya libido wanita yang
menggunakannya.
dapat dibagi lagi menjadi 3, yaitu
Suntik
sangat efektif untuk mencegah kehamilan bila disuntik setiap 1 bulan
atau 3 bulan (sesuai dengan jenis suntiknya). Suntik KB dapat
digunakan pada wanita berbagai golongan umur, baik yang sudah maupun
yang belum mempunyai anak. Selain aman digunakan pada masa menyusui,
juga membantu mecegah kanker rahim dan kehamilan di luar rahim.
Gangguan perdarahan, seperti flek-flek dan perdarahan ringan diantara
2 masa haid, biasa terjadi. Tersedia 3 macam susuk/implan,
yang terdiri dari 1 batang, 2 batang dan 6 batang, yang dimasukkan di
bawah kulit pada lengan bagian atas. Sangat efektif untuk masa 3 atau
5 tahun dan bila diinginkan susuk dapat diangkat kapan saja serta
perubahan pola haid masih dalam batas normal. Tapi ada kemungkinan
pemakainya merasakan rasa tidak nyaman pada tempat penanaman implan.
Kontrasepsi nonhormonal
terbagi menjadi 3, Yang pertama adalah kontrasepsi
teknik, contohnya adalah sistem
kalender, metode
pemberian ASI (metode LAM –
Lactational Amenorrhoe Methode)
dan sanggama terputus. Untuk sistem
kalender, wanita harus
mengetahui dengan pasti masa suburnya dalam siklus haidnya, sehingga
pada masa ini pasangan tidak berhubungan seks. Pasangannya yang
menggunakan metode ini perlu kerjasama yang baik, karena sulit untuk
menghindari hubungan seksual dalam waktu yang lama. Cara ini dapat
efektif bila dilakukan dengan benar, namun pada kenyataannya metode
ini sering kurang efektif. Kelebihan dari metode ini adalah tidak
adanya efek samping fisik. Cara ini dianjurkan pada wanita setelah
melahirkan dan pada waktu menyusui atau apabila metode kontrasepsi
lain sulit dipergunakan. Metode
LAM adalah cara kontrasepsi
melalui menyusui eksklusif (menyusui bayi dari 0 s/d 4 bulan tanpa
makanan tambahan). Menyusui 24 jam (full
breast-feeding) selama 6 bulan
pertama usia bayi akan berpengaruh pada pencegahan ovulasi. Metode
LAM akan efektif apabila wanita menyusui belum mendapat haid.
Yang kedua adalah kontrasepsi
mekanik, contohnya adalah
penggunaan kondom, spiral (IUD – Intra
Uterine Device / AKDR – Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim), metode vaginal. Selain mencegah kehamilan,
kondom
juga dapat melindungi dari infeksi penyakit
menular seksual (PMS) termasuk
HIV/AIDS. Walaupun kondom termasuk alat kotrasepsi yang efektif (jika
digunakan dengan benar), banyak pasangan merasa bahwa kondom
mengganggu hubungan seks dan mengurangi kenikmatan. IUD
adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah
digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi
jangka panjang. Pemakaian IUD sering dikeluhkan menyebabkan
ketidaknyamanan dan rasa sakit di sekitar bagian perut. IUD tidak
disarankan pada wanita yang mengidap PMS karena kemungkinan terjadi
infeksi panggul cenderung lebih besar dibanding wanita yang tidak
mengidap. Metode vaginal
adalah dengan menggunakan spermisid vaginal/tissue KB, diafragma dan
kap. Alat ini harus dimasukkan ke dalam vagina setiap kali sebelum
berhubungan. Tetapi pengguna alat ini cenderung untuk terkena infeksi
saluran kencing.
Yang ketiga adalah metode
sterilisasi, yaitu pencegahan
kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi)
atau testis pada pria (vasektomi).
Pasangan yang memilih kontrasepsi jenis ini haruslah mantap dalam
keputusannya, karena ini adalah kontrasepsi permanen. Hasilnya sangat
efektif, komplikasi serius karena operasi jarang terjadi, tidak ada
efek samping jangka panjang dan cara ini tidak berpengaruh terhadap
kemampuan maupun kepuasan seksual.
Dalam memilih jenis
kontrasepsi yang tepat, pasangan harus mendapatkan dari informasi
yang akurat, lengkap dan benar, sehingga pilihan yang diambil adalah
pilihan yang rasional, serta mempertimbangkan efektivitas dan
efisiensinya. Penggunaan kontrasepsi harus dilandasi keinginan yang
jelas, apakah untuk menunda kelahiran anak pertama (postponing),
menjarangkan anak (spacing)
atau membatasi (limiting)
jumlah anak yang diinginkan. Misalnya saja jika ditujukan untuk
menjarangkan kelahiran anak dalam beberapa bulan saja, maka bukan
metode susuk atau IUD, tetapi pil yang dianggap rasional, karena
metode susuk dan IUD bersifat jangka panjang, dan pada metode susuk
kembalinya kesuburan relatif lebih lama dibandingkan pil. Penggunaan
kontrasepsi juga harus mempertimbangkan kriteria penerimaan dari
aspek medis. Sebagai contoh, wanita usia 35 tahun keatas (apalagi
perokok), menderita penyakit tekanan darah tinggi > dari 180/110
mmHg hendaknya tidak menggunakan pil kombinasi estrogen dan
progesteron karena meningkatkan resiko menderita penyakit pembuluh
darah. Selain rasional, pemilihan kontrasepsi juga harus efektif.
Efektifitas ini dilihat dari angka kegagalan masing-masing jenis
kontrasepsi. Pilihan yang didasarkan dari informasi yang lengkap
tersebut pada akhirnya akan menghasilkan pilihan metode kontrasepsi
yang bersifat rasional, efektif dan efisien. -titiez-
PIL KONTRASEPSI
ORAL YANG BIASA DIGUNAKAN
Umumnya pil kontrasepsi oral di pasaran terdiri
dari 28 pil kontrasepsi, biasanya 7 diantaranya berisi plasebo (zat
netral). Hal ini dilakukan untuk mendisiplinkan pemakaian pil
kontrasepsi oral. Pil kontrasepsi oral selain untuk mencegah
kehamilan juga untuk mengatur haid agar teratur. Tetapi ada juga pil
kontrasepsi oral yang menggunakan bahan yang tidak menimbulkan efek
samping berat badan naik dan menyebabkan tulang keropos. Produk
tertentu pil kontrasepsi oral juga ada yang menjanjikan kehalusan
kulit pada pemakainya.
Ada
4 pil kontrasepsi oral:
1. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Kombinasi
Terdiri dari 21-22 pil kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus. Pil kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap pil 1 hari 1 pil selama 21-22 hari.
Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus obat.
Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama perdarahan haid.2. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Sekuensial
Terdiri dari 14-15 pil kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.3. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Mini
Hanya berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi.4. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Pascasanggama (Morning After Pill)
Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.
1. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Kombinasi
Terdiri dari 21-22 pil kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus. Pil kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap pil 1 hari 1 pil selama 21-22 hari.
Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus obat.
Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama perdarahan haid.2. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Sekuensial
Terdiri dari 14-15 pil kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.3. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Mini
Hanya berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi.4. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Pascasanggama (Morning After Pill)
Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.
Pil
Kontrasepsi Oral di Pasaran
Umumnya pil kontrasepsi oral di pasaran terdiri dari 28 pil kontrasepsi, biasanya 7 diantaranya berisi plasebo (zat netral). Hal ini dilakukan untuk mendisiplinkan pemakaian pil kontrasepsi oral.
Pil kontrasepsi oral selain untuk mencegah kehamilan juga untuk mengatur haid agar teratur.
Ada juga pil kontrasepsi oral yang menggunakan bahan yang tidak menimbulkan efek
Umumnya pil kontrasepsi oral di pasaran terdiri dari 28 pil kontrasepsi, biasanya 7 diantaranya berisi plasebo (zat netral). Hal ini dilakukan untuk mendisiplinkan pemakaian pil kontrasepsi oral.
Pil kontrasepsi oral selain untuk mencegah kehamilan juga untuk mengatur haid agar teratur.
Ada juga pil kontrasepsi oral yang menggunakan bahan yang tidak menimbulkan efek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar